Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2019

ISLAM DAN TEATER : Menggali Tradisi Teater dalam Peradaban Islam

SEJARAH TEATER DALAM PERDABAN ISLAM Sejak tahun 60-an, di kalangan seniman muslim muncul gagasan-gagasan tentang teater Islam, seiring dengan munculnya perbincangan-perbincangan tentang sastra Islam. Seminar-seminar tentang sastra Islam yang di dalamnya dibahas juga tentang teater Islam beberapa kali diadakan dan buku-buku yang membahas sastra dan teater Islam pun ditulis para pakar muslim [i] . Pertunjukan Khayal al-zil Kemunculan teater dalam tradisi Arab bermula dari munculnya pertunjukan teater tradisi. Pertunjukan teater tradisi tersebut diantaranya adalah Khayal al-zil (bayangan imajinasi) dan Ta'zieh (pertunjukan teater belasungkawa). Khayal al-zil merupakan pertunjukan wayang tradisional dari Mesir dan diketahui telah ada sejak abad ke 10. Ide cerita yang diangkat oleh Khayal al-zil merupakan khasanah dan metafora yang dalam tentang Islam serta pada umumnya disajikan selama bulan Ramadan. Kesenian wayang ini pada abad ke 16 menyebar ke Turki dan mendapat per

MEMANDANG PELANGI DI HARI BURUH

Pada tanggal 1 Mei 2019, Malang kembali diguyur hujan sejak sore seperti biasa. tetapi hal itu tidak menciutkan semangat Teater Pelangi Universitas Negeri Malang untuk mementaskan karyanya. Bertajuk "Pentas MONETER #2", yang menyajikan 3 pertunjukan; Membaca Tanda-Tanda karya Rahman Sabur, Kembang Mawar karya N. Riantiarno, dan Bunga tidur, adaptasi dari Baju Loak Sobek Pundaknya karya Wiji Tukul. Pementasan dimulai dengan sebuah Monolog berjudul membaca tanda-tanda, karya Rachman Sabur. Dalam pertunjukan pertama ini, penonton diajak untuk mengenal lebih dalam isu mengenai konflik agraria. Cukup pas ditampilkan saat momen hari buruh saat itu. MEMBACA TANDA-TANDA Akhir-akhir ini negeri kita banyak dibanjiri isu-isu yang saya rasa cukup mengancam, salah satunya tentang perkerja dan investor asing. mungkin hal inilah yang menjadi dasar teman-teman dari teater pelangi mementaskan   naskah ini. Pertunjukan ini bercerita tentang seseorang yang mempertahankan tanah

KRITISISME, KRITIK DAN TEATER

Kritik seringkali membakar mereka yang menganggap dirinya sempurna. KRITISISME MEMANDANG SENI “Merekalah para penggerutu,” setidaknya itulah yang sering dilabelkan kepada orang yang berusaha terus kritis memandang sesuatu. Padahal berfikir kritis dan menggerutu adalah persoalan yang sangat berbeda. Berfikir kritis adalah sebuah usaha melihat sesuatu secara objektif, sementara gerutu seringkali didasari oleh subjektivitas belaka. Kritisisme dapat dipandang sebagai sebuah usaha menakar kelebihan atau kekurangan dari sesuatu. Tentu dalam hal ini diperlukan kemampuan dalam analisis fakta-fakta dan kecenderungan yang terjadi. Ibarat seorang guru, kritisisme membantunya memberikan nilai sebuah ujian praktek bernyanyi. Dalam posisi ini, seorang guru dilarang menggunakan sentimen apapun yang mungkin muncul. Bahkan T.S. Eliot, sang begawan sastra dan teater asal Inggris yang meraih hadiah Nobel Sartra pada tahun 1948, mengungkapkan bahwa  kritisisme bukan hanya digunakan untuk